Lavender
Minimal sehari lima kali membersihkan diri dengan air suci. Bukan berharap akan dijamu oleh-Nya, hanya etika sederhana saat meminta atau bercerita pada Dia si pemberi nyawa. Tidak semua minta akan dijawab iya, tapi ada jaminan bahwa semua cerita akan didengar-Nya.
Cerita pada-Nya membuat manusia menjadi
hemat biaya dan jauh dari stigma dikatakan 'gila.'
Cukup diganti satu kata, 'bertakwa.'
Sering rasanya mempertanyakan peran dari diri-Nya. Bukan maksud jadi hamba yang durhaka, hanya mengeluarkan tanda tanya dari apa yang dirasa. Padahal, bukan mengharap lebih atas harta dan tahta yang dipunya, cuma ingin tenang menapaki dunia dan hidup sepenuhnya bahagia.
Ketenangan.
Lalu timbul kembali pertanyaan,
"kenapa hanya untuk hal sederhana, manusia harus menjadi peminta-minta?"
Cemas yang dipunya karena takut mengecewakan siapa saja di lingkungan membuatnya lebih sering bertemu dengan air suci. Dan tanpa dia sadari, perlahan muncul ekspektasi di luar kendali yang membuatnya melupakan teori dasar ketuhanan, tidak-semua-minta-akan-dijawab-iya.
Munafik.
Tidak semua alasan bisa dipakai untuk berlaku baik. Lagi, ini soal ketenangan. Memakai topeng di setiap suasana, hanya untuk dianggap sebagai manusia wajar pada umumnya. Menjawab tanya sekadarnya, lalu kembali memakai topeng lagi. Siapa yang peduli?
Ketenangan, hal sederhana yang sulit didapat cuma-cuma.
"Kenapa ujiannya gak berhenti sih?"
Lalu, Dia jawab,
"memang kamu seberapa kuat?"
Malu. Pertanyaan sesederhana itupun tidak bisa dijawab dengan cepat. Ingin rasanya melihat pembagian energi dan aura di surga. Sudah adilkah? Pertanyaan yang tidak layak ada.
Satu harapan besar bagi dirinya,
datang membawa ketenangan dan menyebar kebahagiaan.
Bisa. Semoga.
Tangerang, 8 Oktober 2021
Nindy Soeraatmadja