Ibuk
"Mau ketemu ibuk..."Setiap kita mampu bertanggung jawab untuk kebahagiaan kita sendiri. Terus berdoa dan melatih kata, karena takut kalau yang terucap berarti memaksa. Terus belajar menjadi manusia beradab, senantiasa menjaga doa dari kata jahat.
Kebahagiaan yang dia rasa, harusnya menjadi kebahagiaan kamu juga. Kamu yang meminta dia agar terus bahagia ada-dan-tanpa-ada-kamu. Ketika kamu pergi dan dia bahagia, itu jawaban 'iya' dari Tuhan.
Tidak harus kamu melulu yang menjadi pelengkap dari jawaban-Nya...
Katanya, cinta yang paling besar ada cinta yang sederhana. Senantiasa berusaha dan pada akhirnya harus berserah juga. Tinggal doa yang berirama,
"mampukan aku dan dia menjadi keluarga yang berkah di mata-Mu."
Atau,
"mampukan aku dan dia dalam kehidupan yang didominasi rasa bahagia."
"Lembutkan hati orang-orang di sekitarnya agar dapat menyayangiku juga," lanjutmu.
Dosa-dosa yang kamu buat bersamanya bukan berarti menjadi alasan utama kamu jatuh saat ini. Rasa bahagia dan kenangan yang senantiasa melekat juga bukan berarti alasan dia harus terus merapat. Sepenuhnya kuasa Dia untuk membolak-balikan hati. Perkara lanjut atau tidak, itu risiko kehidupan yang diberi oleh Tuhan.
"Jangan manja," kata Tuhan.
Masih ada satu harapan yang sangat kamu inginkan.
"mampukan aku untuk dapat memeluk ibunya juga."
Ibuk, makasiyaaa.
Anak ibuk hobinya bikin bahagia.
Aku seneng deh. Makasi, ibuk! :)
Surakarta, 14 Februari 2021
Nindy Soeraatmadja