Dunia itu warnanya tidak hanya hitam dan putih, bisa abu-abu perpaduan dari kedua warna itu, atau bisa juga merah, hijau, dan biru. Tiap individu tidak memiliki kapabilitas untuk menentukan benar-salah atas tindakan seseorang. Merasa suci karena berada di kubu kiri, lantas kanan, depan, belakang, dianggap kaum yang pembangkang.
"Kamu kan bukan Tuhan."
Mengambil otoritas Tuhan, tapi dengan lancang menyebut Tuhan Maha Besar dengan segala definisi yang penuh kungkungan. Setiap makhluk kamu anggap sebagai sosok yang penuh dengan kemunafikan, dengan kamu memberi batasan atas arti dari kebaikan. Kamu kira, kamu siapa?
Menganggap diri paling hebat, lalu yang lain menjadi sosok antagonis yang jahat. Di sini pentingnya memahami nilai Ketuhanan. Tidak menganggap diri paling benar dan terspesialkan, melindungi diri dengan bergaul dalam lingkungan yang menentramkan. "Solat dulu yuk, nanti lanjut kerja lagi."
Lingkungan yang saling mengingatkan dan menguatkan.
Bukan menjadi sosok yang hipokrit apabila kita berlaku tidak sesuai dengan nurani kita. Selama masih sesuai dengan moral dan etika, membatasi tindakan agar terlihat 'wajar' termasuk bentuk dari penghormatan. Menjadi contoh yang dapat digugu dan ditiru merupakan harapan dari kebanyakan orang. Siapa yang tidak suka menjadi penebar kebaikan?
Nilai keteladanan menjadi kunci dalam bersikap dan mengambil keputusan.
Menjadi Paragonian memberi banyak pelajaran. Memahami makna sederhana dari sudut pandang yang berbeda namun dengan derajat yang sama, tanpa-ada-yang-merasa-istimewa. Minimnya sikap kompetitif membangun sikap ingin maju bersama. Nilai kekeluargaan sangat berperan dalam hal ini. "Apa yang bisa saya bantu."
Kalimat sederhana karena tertanamnya simpati dan empati dengan sempurna.
Menghindari masalah yang ada mengartikan bahwa akan ada masalah berikutnya. Diselesaikan sendiri bersama dengan masalah lain yang muncul nanti, atau menyerahkan masalah ke orang lain tanpa ada perasaan bersalah di hati. Egois apabila pilihan kedua menjadi jawaban, dan bodoh apabila yang pertama menjadi pilihan. Menyelesaikan masalah sendiri dan saat ini merupakan bentuk tanggung jawab kecil yang patut dibiasakan.
Belajar berdiri sendiri, tidak mengandalkan orang lain untuk senantiasa menemani.
Setiap orang merupakan pelanggan bagi dirinya sendiri, pun bagi orang lain. Bukan perkara jual beli, hanya takdir manusia yang seperti puzzle untuk saling melengkapi. Fokus pada pelanggan merupakan bentuk implementasi dari kekeluargaan dan tanggung jawab yang terintegrasi. "Kayak gini udah sesuai belum? atau ada yang perlu ditambah?"
Menanamkan sikap saling peduli untuk saling berkorelasi.
Waktu didesain memang tidak akan kembali dan itu yang membuat manusia belajar untuk tidak mudah menyesal. Senantiasa melakukan yang terbaik, karena belum tentu ada kesempatan kedua, ketiga, bahkan kelima. Terus belajar melakukan cara terbaik untuk menemukan inovasi dengan sumber daya yang dibatasi bumi. Materi, tenaga, waktu, emosi saling terintegrasi untuk memunculkan inovasi. Setiap hal dicari untuk menjadi alasan yang dapat memotivasi.
Nilai-nilai yang ditanamkan pada Paragonian merupakan nilai dasar untuk sukses di kehidupan. Menentramkan hati dengan meminta pada Dia si Tuhan, menyelaraskan sikap dengan keadaan agar bisa menjadi tauladan, membangun keakraban yang mencerminkan sikap kekeluargaan, menyelesaikan masalah secara independen penuh pertanggung jawaban, menyadari bahwa orang lain dan diri sendiri layak mendapat perlakuan terbaik sebagai seorang pelanggan, dan tanpa henti mencari cara berinovasi.
Layaknya dasar negara, enam nilai tadi dikatakan sebagai dasar kehidupan demi keseralarasan. Sistem pertahanan dalam menyikapi segala ketidakwarasan.
"..kita tetap harus menjadi orang yang berkarakter atau menjadi diri sendiri," kata Ares padanya.
Tangerang, 6 Oktober 2020
nindy soeraatmadja