Tentang dia dan Dia.
Aku lebih memilih kata 'kejutan' daripada 'ujian' untuk tiap-tiap hal yang diberikan-Nya padaku. Secara psikis, kalau mendengar kata 'ujian', hal itu cenderung bermakna negatif. Berbeda dengan 'kejutan'. Terbayang keindahan, atau memang bisa jadi hal yang menakutkan. Setidaknya masih ada probabilitas untuk merasa bahagia dari kata 'kejutan' tadi.
Tuhan adalah dzat yang ada, apabila kita berpikiran bahwa Dia ada. Bahagia adalah rasa senang, apabila kita berpikiran bahwa hati kita senang. Senyum adalah ekspresi yang menggambarkan kebahagiaan, apabila kita berpikiran bahwa dengan senyum kita bahagia.
Tapi tidak selalu...
Senyum baginya, berbeda denganku. Senyum baginya, ibarat plester yang menutupi luka yang menganga. Senyum baginya, hanya alat untuk menutupi apa yang dia rasa. Senyum baginya, hanya kata kerja tanpa fungsi. Senyum baginya, tipuan agar terus merasakan kesamaan semu di lingkungan,
walaupun tidak.
Terpaksa.
Senyum yang dia miliki merupakan bentuk pemaksaan dari otak terhadap guratan yang setia menempel di wajahnya.
Aku berbeda. Bagiku, dengan senyum, aku dapat merasa bahagia. Bagiku, dengan senyum, aku dapat melihat keindahan senyum orang lain. Bagiku, dengan senyum, aku dapat merasakan ketulusan sesama manusia.
Bagiku, senyum tidak ada yang palsu.
Iyakan, Tuhan?
Terus Tuhan menjawab, "senyum adalah bentuk ibadah dari tiap kamu untuk sesama kamu. Senyum bisa menjadi ladang pahala jika kamu percaya akan adanya sistem surga-neraka. Senyum adalah bentuk sederhana dari ladang pahala."
Luasnya berapa hektar? Aku pun tak tahu. Dan juga malas mencari tahu. Takut, kalau nanti setan membisikiku dan mengajakku untuk tersenyum pada hal yang munkar. Aku bukan menjadi aku lagi, namun seseorang yang gemar tersenyum hanya untuk mendapatkan pahala guna menjadi tiket utama masuk surga. Aku takut menjadi 'riya yang jauh dari kata ikhlas.
Aku tersenyum untuk kamu.
Perkara dapat pahala atau tidak, aku hanya mencari kebahagiaan yang kudapat dari kebahagiaan orang lain terhadap aku. Aku hanya mencari ketenangan batin dengan bersosialisasi bersama makhluk Bumi.
Tentang dia yang menganggap senyum adalah plester guna menutupi luka, bisakah kamu menepi sebentar dari cermin di depanmu?
Jakarta, 15 Januari 2020
Pukul 01.02 pagi
nindy soeraatmadja
0 comments:
Posting Komentar