Pilihan
Mungkin memilih memang salah satu bentuk risiko manusia untuk tetap ada. Menjalani hidup dengan kenikmatan dan kesengsaraan. Dunia seakan timbangan yang memaksa kita untuk setara. Tidak boleh lebih, tidak boleh kurang.
Seimbang.
Ada kalanya kita menyapa Tuhan dengan kata 'sial', bentuk umpatan dari ketidakbersyukuran. Tapi ada kalanya kita juga tak bisa berhenti untuk memuji-Nya. Tentu, saat-saat itu adalah saat di mana kita sadar akan kenikmatan yang diberi-Nya. Licik yah manusia. Memuji hanya saat senang, tapi saat diuji rasa senang tadi terlupa begitu saja tanpa dikenang. Egois.
Pilihan bisa membawa kita menuju taman atau jurang. Pilihan bisa membawa kita merasa kecewa atau senang. Pilihan bisa membawa kita dikenang atau terbuang.
Nasib kita ditentukan oleh pilihan.
Menjadi baik adalah harapan setiap orang. Tapi yang harus disadari, standar baik yang dimiliki tiap orang berbeda-beda.
Khusus hal itu, tidak boleh ada kata paksa.
Semua yang berjalan harus diiringi dengan keikhlasan. Kamu tahu? Perkara nikmat, ada berbagai macam bentuk. Bisa berbentuk uang, hadirnya seseorang, atau rasa senang. Nikmat diciptakan untuk digunakan sesuai dengan tujuan yang dibuat-Nya. Jangan sampai sesuatu yang kita anggap nikmat, merupakan uluran waktu dari Dia untuk si pendosa agar merasakan sakit dengan sangat.
Adanya uang, bisa menciptakan rasa senang. Hadirnya seseorang, bisa menciptakan rasa senang. Tapi jangan berlebihan, ingat kembali bahwa dunia seakan timbangan.
Kadang kita terlalu memuji kehebatan seseorang, tanpa kita mengenal dia lebih dalam. Baik dari fisiknya, atau mungkin sebuah personality yang bisa 'setampan' itu di mata kita. Kamu sadar tidak? Bisa jadi, kehebatan dia merupakan potensi dari Dia untuk membantu kita lebih-menjadi-manusia. Tapi kadang kita lupa, siapa sumber segala Maha dalam hal-hal baik di dunia ini.
Lucukan?
Padahal, kata pujian baiknya dilontarkan pada sesuatu atau seseorang yang kita kenal. Lantas pertanyaannya, bagaimana kita bisa memuji sang Maha dengan kondisi kita tidak akan bisa mengenal-Nya?
"Puji saja Aku dengan singkat, kalau kamu mau nikmatmu terus terikat," jawab-Nya.
"Alhamdulillah," lanjut-Nya.
Kembali tentang pilihan, tidak akan ada hal yang sia-sia kalau kita mampu mengikhlaskan. Datang dan pergi, adalah hal yang wajar di Bumi.
Hai, matahari. Terima kasih telah memberikan Bulan kesempatan untuk mendapatkan pujian. Hai, kamu. Terima kasih telah memberi ajaran terkait pilihan.
Terima kasih Tuhan. Terima kasih atas potensi yang Kamu berikan padanya dan padaku untuk berkembang dan berani memilih jalan di dunia yang Kamu cipta agar tetap seimbang.
Jumat, 17 Januari 2020
Pukul 02.25 pagi
nindy soeraatmadja
0 comments:
Posting Komentar