Beda
Kadang saya gagal paham dengan tujuan Tuhan menciptakan manusia, dengan segala ayat-ayatnya, dengan segala iming-imingnya atas kehidupan setelah di dunia, pun yang paling saya herankan saat ini adalah perbedaan dari hamba-hamba yang dicipta-Nya.
Menjadi sosok unik katanya menarik. Tapi nyatanya, tidak juga. Banyak dari kita si penghamba yang terkena kasus cukup pelik karena keunikan tadi. Pola pikir yang berbeda kadang membuat kita lupa bagaimana toleransi ada. Kondisi jiwa dan fisik yang berbeda, kadang membuat kita merasa eksklusif dari hamba yang lain-Nya.
Saya membayangkan mereka yang berkebutuhan khusus, yang selalu berusaha menahan keluh dengan tiap senyumnya di depan orang-orang yang dicintainya. Menjadi objek Tuhan untuk tertawa terpingkal-pingkal, karena ingin menguji seberapa kuat pertahanan mereka atas roasting yang ada. Melihat hamba-Nya kesakitan dan ketakutan, tapi harus bertahan sendirian tanpa boleh menampakan ketidaknyamannya.
Katanya ini ujian. Harus berapa pekan sampai ujian ini berakhir, Tuhan? Sampai Engkau memberhentikan perbedaan ini dan menjadikan semua hamba-Mu memiliki kemampuan yang sama?
Tidak. Saya tau, perbedaan itu tidak melulu indah. Bahkan cenderung menyakitkan. Hanya mereka yang sudah didoktrinisasi kata syukur yang mampu mengatakan perbedaan itu indah.
Depan mata saya, ada seseorang yang ditinggalkan karena perbedaan yang dia miliki. Kata apa yang akan Engkau pakai untuk menampik 'perbedaan itu indah'? Atau, usaha apa yang akan Engkau pakai untuk membuat tiap hamba-Mu bersyukur untuk tiap keadaannya?
Saya, cuma gadis kecil yang berani menjadi perantara bagi dia untuk berkata padamu. Saya, cuma gadis penakut yang belum siap 'ditinggalkan' seperti dia si empunya cerita yang ditinggalkan karena perbedaannya. Saya, cuma mau Tuhan tau, bahwa saya masih percaya Engkau ma(mp)u membuat semua hamba-Mu bahagia.
Masih di kamar dengan rintik hujan,
Selasa, 17 Desember 2019, 19.13 malam
nindy soeraatmadja,
hamba-Mu