Segigit Cokelat di Nusa Kencana


Kamu, penolong di saat dia tidak mau mengucapkan kata ‘tolong.’
Pembukti di saat dia tidak percaya sempitnya dunia ini,
penguat di saat dia mengalami degradasi motivasi.

Lucu,

ada kalanya Tuhan membuat cerita komedi untuk tiap-tiap hamba-Nya agar dapat menertawai dirinya sendiri. Atau mungkin, cukup tersenyum atas takdir unik yang diberikan oleh-Nya. Berawal dari kecewa atas takdir yang ada, berakhir dengan kata syukur untuk-Nya. Bukankah manusia memang suka begitu?

Setiap usaha dilakukan oleh makhluk Bumi untuk mencapai apa yang diinginkan. Terkait hasil, serahkan saja pada Dia yang disebut Tuhan. Namun, ada satu hal yang senantiasa wajib dilakukan, jalani itu semua dengan senyuman. Perkara senyum, bisa jadi ini tentang kamu. Dia bercerita pada saya bahwa ada lima hal tentang kamu yang wajib saya tau.

Tersesat,
gunung,
hujan,
kaki,
senyum.

Terkait hubungan antar variabel tadi, dia bilang agar saya (dan mungkin juga kamu) untuk menemukan artinya sendiri. Empat pertama cukup mudah ditebak, berawal dari tersesat saat naik gunung di kondisi hujan dengan kaki cedera, lalu? Senyum? Apa hubungannya dengan senyum?


Katanya, kekasih sejati bukanlah dia yang selalu ada di samping kita dan menuntut untuk setia, namun ia yang senantiasa percaya bahwa kebebasan ada agar kita lebih memiliki makna. Katanya, sahabat bukanlah dia yang selalu berkata baik di depan kita, namun ia yang senantiasa menjaga kelemahan kita walaupun kita tidak bersamanya. Dan katanya, seorang pahlawan bukanlah dia yang melakukan perbuatan-perbuatan besar, namun ia yang senantiasa berhasil membantu yang lain dari sekian banyak hal kecil yang dilakukannya.

Dan begitulah dia, pria yang telah menjadi pahlawan bagi sosok wanita manja dengan kaki cedera yang memaksa ikut pendakian di tengah hujan. Atas hal-hal sederhana yang dilakukan, untuk sesuatu yang berkelanjutan, dan berhasil meninggalkan cerita penuh kesan. Terima kasih, lagi-lagi layak diucapkan pada yang bersangkutan.

Ah ya!
Melakukan pendakian di saat turun hujan pasti menimbulkan kesulitan. Kondisi jalan yang terjal dan licin cukup layak untuk disebut sebagai tantangan. Lunturan cat di wajah sebagai bentuk peninggalan dari penyamaran ala militer pun menambah ketidaknyamanan. Banyak alasan untuk mengeluarkan keluhan. Tapi,

pria itu masih bisa menciptakan senyum di saat dia terjatuh karena memberi bantuan?
"saya gapapa. Pegang tanganku. Sini. Tolong pegang tanganku," katanya sambil menarik tangan wanita itu ke lengannya. 
Sikap dan kalimat yang dia lontarkan memang sederhana, hanya bentuk simplifikasi kepedulian manusia terhadap manusia lainnya. Namun ada yang beda. Dia yang menolong orang lain, namun tak sungkan mengucap kata 'tolong' ke orang yang sedang ditolong? Lagi-lagi ini tentang waktu. Momentum bisa membuat sesuatu yang kecil menjadi berarti akibat waktu.


Berawal dari hal sesederhana itu,

teruntuk dia yang menemani perbincangan diantara muffin cokelat dan milk tea less sugar,


terima kasih karena membuat dia bersemangat untuk menyambut drama komedi yang Tuhan catatkan nanti. Terima kasih telah berbagi dan memberi motivasi. Dan terima kasih atas pertolongan (saat penyamaran kala itu), akhirnya dia paham kalau menjadi makhluk Bumi tidak akan bisa hidup sendiri.


Sama dengan kamu di sana yang berjuang membawa nama bendera,
dia pun di sini juga. Tetap usaha dan pecaya, “pasti kita bisa!” Iya kan?




Jakarta bagian selatan,
12 Maret 2019,



dia yang juga ingin mencium
harum sawit di Kalimantan.

Share this:

CONVERSATION

2 comments:

  1. Pembaca yg baik meninggalkan jejak sambil, mengkhatamkan postingan2 disini. Lanjutkan, tulisane apik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasiyaa bentuk apresiasinya. Maafin baru bales. Semoga selalu berkenan 'main-main' di sini dengan tiap diksiku yaa. Hehe. Aamiin.

      Hapus