Kamu Bukan Prometheus
Kadang, menjadi pelupa merupakan pilihan bagi mereka si penakut. Menghindari tiap masalah dengan alasan lupa, lalu mengumpat di balik riuhnya dunia.
Atau mungkin, pilihan kedua bagi penakut ialah membandingkan masalahnya dengan makhluk Bumi lain, lalu terus mengeluarkan keluhan seakan dia yang paling diuji Tuhan. Terus mengumpat dan menangis atas masalah yang ada, lalu lupa bahwa kata ‘syukur’ pun memiliki makna.
Lalu pilihan ketiga bagi penakut ialah mencari penjaga yang diharap setia menemaninya bercerita. Tentang bahagianya, pun ketakutannya.
“Kamu pengecut,” bisik dia di depan cermin.
'Tak apa,' pikirnya. Selama ada kawan, dunia bisa digenggam.
Ternyata dia terlalu percaya diri. Dia yakin bahwa garis tangan yang tergambar di telapaknya selalu memberi petunjuk kebahagiaan. Nyatanya, garis tangan dapat berubah menurut alur kehidupan sesuai dengan keinginan Dia si pendesain.
Lalu dia meminta,
"Tuhan, Tuhan, tolong beri aku dunia dengan penjaga setia. Bisa?" pintanya.
Lalu Tuhan menjawab tidak bisa. Kata-Nya, dunia bukan tempat pengabul keinginan. Dunia ialah tempat yang memberikan pelajaran bagaimana cara untuk bertahan.
Ada catatan penting dari Tuhan,
"hidup tidak akan pernah berhenti menekan dan akan selalu menempa mereka yang senantiasa bertahan. Penjaga yang diberikan untukmu sifatnya titipan. Bukan insan yang senantiasa menemani, tapi hanya media agar kamu senantiasa belajar menjadi manusia yang kuat dan tangguh menghadapi tekanan," kata-Nya pada si penakut.
Lalu, dia kembali mengeluh.
"nyatanya benar, tiap yang ada pada akhirnya akan hilang juga," kata dia pada penjaganya.
Ufuk Jakarta,
Kamis 28 Maret 2019.
nindy soeraatmadja Soeraatmadja
I
0 comments:
Posting Komentar