Untuknya, Senja di Andan Orsia
Ada dia di sisi kanan saya. Pelindung 45 hari selama di Banda Neira. Berbadan kecil, namun dewasa.
Tapi iya, terkadang ia juga manja.
Banyak cerita yang berhasil diukir bersama di tanah pala. Karena dia, cerita saya terbantu menjadi lebih drama dan penuh tetesan air mata. Obsesi saya mewujudkan KKN penuh cerita, akhirnya jadi nyata. Cerita penuh tawa dan air mata yang harus disudahi saat menginjak tanah Jawa.
Kemandirian tidak akan sepenuhnya hadir dalam hidup manusia. Setiap yang ada, pasti membutuhkan peran orang lain juga. Pun termasuk saya. Saat sang pagi tak ada, saya butuh pengganti dari dia yang setia menjaga. Penjaga dari segala risau yang senantiasa memantau.
Dan ini tentang dia, pelindung empat puluh lima hari saya.
Bumerang menyerang saya atas sikap dan kata-kata yang saya keluarkan di Negeri Lonthoir. Cinta berawal dari kata, mungkin itulah penyebabnya. Ada yang terjatuh pada saya atas alasan yang entah sebabnya apa. Upaya yang dilakukan banyak cara, membuat saya yang masih seminggu di sana menjadi pecundang dalam pergaulan.
Saya takut membangun kawan.
Si pagi mengingatkan saya alasan seorang prajurit mundur dalam peperangan. Selain memiliki fisik kuat dan kuantitas yang banyak, perlu taktik handal dalam melawan musuh untuk memukulnya mundur tanpa perlu menyakiti secara langsung. Dan terpilih lah cara itu. Sepakat. Menyakiti dalam diam, cukup butuh kepandaian dalam bermain peran.
'Saya jadian.'
Pilihan penuh risiko di saat saya sedang memilih untuk menjaga hati dari dia yang terpilih. Pun pasangan yang disarankan, memiliki wanita yang senantiasa menunggu dia lepas dari masa pengabdian. Cukup layak untuk dikasihani bukan?
Kesepakatan yang ada hanya sementara. Menginjak tanah Jawa, berakhir segala sandiwara. Memanfaatkan rasa yang dipunya salah satu sang ahli pada saya, hanya untuk membantu kelancaran program kami di Banda Neira. Terus berpura-pura menjadi sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta di depannya, tak peduli atas nazar yang telah diumbarnya. Cinta bertepuk sebelah tangan atas apa yang dilakukan sepasang pasangan yang pandai bermain peran.
Iya, tanah itu membuat kami menjadi penipu yang nyata. Pendusta.
Rasa takut yang ada membuat saya dan dia terus bersama. Dia yang berkulit putih dan berbadan mungil, gemar mengenakan topi dan celana berkaret di bagian bawah kaki, dia yang senantiasa menjaga saya di sini.
Tanpa sadar, 45 hari tugas dia hampir usai. Ralat, bukan soal kewajiban, hanya ketukan hati untuk membantu kawan. Terima kasih atas setiap penjagaan dan pencarian yang dilakukan pada saya ketika hilang, pertolongan di laut saat kaki kram, usapan tangan saat air mata menetes kala ketakutan, dan setiap langkah kaki menuju rumah saya guna penjemputan.
Empat puluh lima hari, saya menemukan sahabat baru yang tidak hanya pandai menjadi seorang kakak, pun adik yang manja. Mereka bilang ini soal rasa, tapi nyatanya hanya tentang persahabatan dari dua perantau di Banda Neira.
Terima kasih. Karena dia, saya jadi banyak cerita! :)
Senin, 14 Agustus 2017,
Kapal Pangrango, sisi kirinya.
nindy soeraatmadja
0 comments:
Posting Komentar