Introyeksi Pendusta

Skala prioritas memang menentukan suatu keadaan. Menentukan langkah untuk sampai tujuan, agar kelak tidak tersesat di jalan. Mengutamakan suatu pilihan, agar kelak tidak salah timbangan.

Kemarin, penyakit hati sempat menghampirinya. Rasa kecil hati karena kurang dianggap, membuat dia mengelus dada. Tidak menjadi fokus utama, ditinggalkan saat berbicara membuat dia bertanya,

“lantas untuk apa?” Diminta berbicara, namun perhatian tidak ada.


Dia merasa bukan apa-apa.


Manusia yang pandai berpura-pura. Menutupi gelisah yang ada dengan menggores senyum di muka. Seakan tidak ada apa-apa, kamu buat mereka, atau dia, merasa murka. Ke-tidak-apa-apa-an yang kamu tunjukan menunjukan bentuk ke-tidak-peduli-an.


Kamu penipu, ternyata.


Seharusnya, satu badan memiliki kebersinergian. Tidak ada sekat pembeda antara kamu, mereka, dan dia. Semua sama-sama tahu. Saat kaki tersandung, tangan coba menyeimbangkan, dan mata akan menangis saat perih dirasakan. Begitu harusnya satu badan.



Apa kalian sudah begitu sebagai satu badan?

Belum ialah jawaban.





Surakarta, 2 Juni 2017





Nindy Soeraatmadja





Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar