Dimensi Fatamorgana

Kebahagiaan itu berasal dari dalam hati. Seberapa jauh kamu mencari, jika sumbernya tidak terpenuhi, hanya sia-sia yang kamu temui. Tidak mengharap imbalan atas kewajiban yang dilakukan, sudah selayaknya ditanamkan dalam pikiran. Bersyukur atas apa yang didapat, bukan mendengki atas apa yang diharap. Dia lebih tahu apa yang tepat untukmu, pun termasuk kapan diberikannya padamu. Cukup yakini itu. Bahagia pasti menghampirimu.


Menyalahkan keadaan bukan jawaban. Memberi pembenaran atas tiap kesalahan pun bukan jawaban. Dibutuhkan ketabahan, kesabaran, pun keistiqomahan mu dalam berpijak. Dunia bukan satu-satunya variabel dalam mengukur kebahagiaan. Dan kamu hampir melupakan itu. Terlalu memberatkan satu variabel, yang bahkan massanya tidak lebih berat dari massa sebelah sayap nyamuk.


Semestinya kamu tahu, ada dimensi lain yang entah disebutnya apa dalam benakmu. Dimensi yang tidak akan terdeteksi. Tempat bernaungnya bidadari dan segala macam harap akan dipenuhi.


Kata-Nya, dunia mu ini tidak bernilai. Segala bentuk ketabahan, kesabaran, dan keistiqomahan yang kamu jalankan, akan digantikan di dimensi tadi. Satu syaratanya, cukup berprasangka baik pada-Nya.


Semestinya kamu paham, tidak ada bayangan lurus dari pohon yang bengkok. Apa yang kamu tanam dalam segumpal daging itu, mencerminkan akhlakmu. Mencoba meluruskan bayangan dengan mencari kenikmatan yang ditawarkan. Kamu kira itu benar? Bayangan akan lurus, jika sumber dia berasal pun lurus. Dan kamu coba mencari pembenaran kembali.

Kamu-tetap-salah.

Dia-Maha-Baik. Dia tidak akan membiarkan mu terjerembab dalam fatamorgana, layaknya Siti Hajar yang mengelilingi Bukit Safa dan Bukit Marwah karena melihat bayangan semu adanya genangan. Dia akan membantu meluruskan bayanganmu. Bukan sekadar bayangan, namun dari sumber terciptanya bayangan. Dia membantumu dengan berbagai sentuhan, sentilan, atau bahkan tamparan. Untuk apa? Untuk meluruskan hatimu, pantulan baik-buruknya akhlak-mu.


Cukup lah berprasangka baik pada-Nya. Yakini Dia ada, yakini Dia dekat, dan yakini Dia mengabulkan apa yang kamu harap.

“Wama indallahi khair,”
yang ada di sisi-Nya adalah yang terbaik untukmu.
karena Dia sayang kamu, maka dari itu ‘nanti dulu’



Jakarta, 18 Juni 2017,
Pukul 22.13 WIB





nindy soeraatmadja




Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar