Ambisi Kembali
Penyesalan yang pernah kamu rasa harusnya tak ada. Petualangan yang kamu cipta harusnya tidak menimbulkan duka. Perubahan yang ada harusnya menjadi media bagi kamu untuk berkarya.
Ingatlah rasa cemburu mu terhadap burung. Dia dapat terbang kemana pun sesuka nya. Ingatlah rasa cemburu mu terhadap angin. Dia dapat berubah haluan tanpa memberi penjelasan. Ingatlah rasa cemburu mu terhadap harapan. Dia dapat memberi khayalan seperti yang kamu ingin kan.
Di saat kamu sudah seperti burung, angin, bahkan harapan yang diinginkan, kamu tersadar akan sesuatu. Hal itu membuatmu takut. Takut untuk menjadi perantau yang senantiasa berkawan dengan perubahan.
Burung yang gemar bertualang, butuh banyak energi saat menghindari pemburu. Angin yang terjebak dalam pusaran, memberi bencana bagi sekitarnya. Pun harapan yang tidak sesuai kenyataan, dapat memberi tekanan dan mengganggu kejiwaan.
Lantas, kamu memilih untuk cemburu terhadap gunung yang hanya diam tanpa mengenal perubahan?
Melangkahkan kaki atas apa yang kamu yakin kan sebagai takdir, merupakan bentuk kepengecutan. Kamu bangga dengan berbagai pujian yang kamu dapatkan. Kamu terbuai dengan kenyamanan yang kamu rasakan. Tapi kamu lupa, butuh menjejakan kaki lebih untuk lulus ujian kehidupan.
Menjadi petualang yang setia dengan perantauan, memberi pelajaran akan eksistensi Tuhan. Andai kamu merasa salah saat mengambil keputusan, Tuhan akan tetap peduli padamu. Tuhan akan mengapresiasi keberanian yang kamu keluarkan selama perantauan. Tuhan dengan murahnya memberi kunci jawaban untuk kamu melanjutkan perjalanan. Keberanian.
Lantas, resah apalagi yang kamu rasa?
Kamu takut tidak dapat melanjutkan perjalanan dengan baik? Ternyata rasa berani yang dianugerahkan Tuhan telah luntur selama kamu dalam perjalanan.
Kamu tahu, ada kata 'sulit' untuk membantu kamu mengenal diri kamu. Saat kamu tidak mampu, di situlah pengenalan terbaik diri kamu terhadap diri sendiri. Takut mengalami kesulitan, membuat kamu enggan bertoleh ke belakang. Bagimu, fokus ke depan merupakan satu-satunya jawaban. Mencari sumber cahaya yang menerangi jalannya perantauan. Ketika tiba di garis akhir, kamu akan terheran, betapa manjur nya kunci jawaban yang diberikan oleh-Nya.
Ya, keberanian sudah kamu dapatkan kembali.
Untuk kamu, perbanyak jejak yang kamu cipta. Tidak perlu ragu. Biarkan saja mereka yang tidak bertualang. Hanya 585 kilometer kamu berpindah dari tempat semula. Itu pun hanya sementara.
Cepat selesaikan kewajiban dan kembali ke perantauan. Perjalanan mu harus segera diakhirkan. Ada cahaya yang menantimu di sana.
"Rumah sepi gak ada kamu, nak."
2 Februari 2017,
dalam perjalanan menuju kota rantau.
Nindy Soeraatmadja.
0 comments:
Posting Komentar