dua rasa dalam aksara
Tengah malam terbangun. Dia-yang-kau-percaya mengingatkan
akan sepertiga malam yang kau punya. Dengan kedua tangan menengadah, terus
memohon pada Sang Pemurah. Kamu yakin Dia ada, maka kamu terus berbaik sangka.
Bukankah memang itu yang Dia perintah padamu?
Malam demi malam, kau merasa terus dibangunkan-Nya. Diingatkan
untuk terus memohon pada-Nya. “Perkara apapun.Bebas,” kata-Nya. Entah orangtua,
keluarga, atau pun dia yang tak berani kau sapa. Bebas.
Ah, dia.
dia yang hanya berani kau sapa lewat aksara. dia yang
didekatmu membuat diam tak bersuara. dia yang wajahnya hampir selalu ada tiap
kali kau berdoa. dia yang membuatmu jatuh cinta.
Kamu mulai meragu. Takut akan draft cerita mengenai dia seharusnya tak pernah ada. Bukankah Dia
menyuruhmu memendam rasa? Lantas mengapa kau tuang rasa mu menjadi himpunan
aksara? Apa itu tanda keberhasilan sang penghasut dalam menggoda? Nampaknya
iya.
Kamu kalah.
Rasa itu rahasia.
Hanya kamu dan Dia yang boleh tahu rasa itu ada.
Tanda tanya terus nampak dalam raut wajahmu.
Kamu mulai mempertanyakan apa yang seharusnya kamu lakukan.
Kamu mulai mempertanyakan apa yang seharusnya kamu lakukan.
Kamu menikmati ke-munafik-an mu.
Paham kesalahan, namun tidak melakukan perubahan.
Hentikan!
Dan tunggu Dia merubah “aku” dan “aku” menjadi “kita” pada
kalian.
Tangerang, 17 Januari 2017, Pukul 00.17
Yang penuh tanda tanya.
0 comments:
Posting Komentar