kamu ada, karena Dia ada

"Kamu ada, karena kamu ingin ada.
Kamu ada, karena kamu dianggap ada."
 -nindysoe-

Hadir sebagai karya dari sang Pencipta membuat manusia seakan pasrah akan setiap keterlanjuran. Tidak ada yang berdaya melawan takdir dari sang Maha. Semua coba untuk menerka, tapi sampai kapan pun sia- sia. “Sudah tercatat di lauhul mah fudz,” katanya.

Tidak heran, adanya pernyataan seperti itu membuat manusia cenderung bersikap fatalis. Memaklumi semua keadaan, karena menganggap hal tersebut kehendak Tuhan. Lalu, kecewa berlebihan ketika hasil tidak sesuai dengan harapan.


Hilang.


Ke-Maha-an Tuhan mulai hilang dari benak mereka para hasil karya. Konsistensi Tuhan mulai dipertanyakan. Lalu mereka mencari berbagai alasan untuk meniadakan. Meniadakan Dia, si Pencipta.

Ah. Lagi- lagi saya lupa. Harusnya saya bisa mengingatkan mereka. Ibarat darah, Tuhan pun sama. Tak terasa, namun diam- diam menghidupi.

Tuhan tahu apa yang harus Dia penuhi. Dia hanya berharap kita berserah diri. Tidak sibuk mencaci, namun coba rendah hati dan juga evaluasi. Dia beri kita kebebasan untuk mengeluh. Keluarkan saja keluhanmu. Kalau perlu teriakan. Dengan catatan, keluhmu bisa menyembuhkan luka di hatimu. Yasudah, keluarkan.

Keadaan akan berubah, ketika Dia Maha Berkehendak mengubah alur ceritamu---dengan syarat: tetap mempercayai-Nya. Mempermainkan waktu yang tidak bisa diterima oleh logikamu merupakan hal yang mudah bagi-Nya. Dunia ini ciptaan-Nya, jadi wajar kalau yang bermain adalah logika-Nya. Ketika kamu sudah berusaha dan tidak mengelak dari ketetapan-Nya, Selamat! Kamu sukses dunia- akhirat.

Jadi, 

"kamu ada, karena Dia ada."





Jakarta, 3 Agustus 2016





Nindy Soeraatmadja,

Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar