Januari Berduka

Kemarin, 14 Januari 2016, terjadi peristiwa ledakan bom di daerah Sarinah, Thamrin. Di pos polisi lalu lintas dan di depan kafe Starbucks. Suasana semakin mencekam ketika muncul sosok pria bertopi hitam dan celana jeans, membawa senjata api, dan melakukan penembakan yang sengaja diarahkan ke beberapa anggota kepolisian. Tujuh orang tewas dalam tragedi ini.
Berikutnya yang mengejutkan lagi ialah tersiarnya berita mengenai militan radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), yang mengklaim bertanggung jawab atas teror bom tersebut. ISIS menyebutkan bahwa anggotanya lah yang mendalangi serangan teror untuk menargetkan warga asing di Jakarta.

Kemarin, 14 Januari 2016, hari dimana Jusuf Kalla menjadi saksi (meringankan) dalam persidangan mantan Menteri ESDM, Jero Wacik. Jero Wacik didakwa dengan tiga tindak pidana dugaan kasus korupsi sekaligus. Pertama, ia diduga menyelewengkan Dana Operasional Menteri (DOM) saat menjabat sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada periode 2004-2009. Kedua, melakukan pengumpulan dana dengan memerintahkan sejumlah orang. Dan yang terakhir, Jero Wacik diduga menerima gratifikasi saat menjabat sebagai menteri ESDM.

2 hari yang lalu, 13 Januari 2016, anggota Komisi V DPR asal Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Damayanti Wisnu Putranti, ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada saat Operasi Tangkap Tangan (OTT). Dia ditangkap karna diduga terkait dengan suap proyek jalan di Indonesia bagian Timur. Dengan kejadian ini, tidak heran kalau masyarakat terkejut, mengingat PDIP merupakan partai pengusung pemerintah saat ini. Setali tiga uang, para pimpinan partai pun berang dan mengancam akan memecat Damayanti jika terbukti bersalah.

Kemarin, 14 Januari 2016, hari terakhir dimana PT Freeport Indonesia menawarkan divestasi sahamnya ke pemerintah Indonesia yang diwakilkan oleh PT Indonesia Asahan Aluminium.Sekadar info, PT Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan dari Freeport-McMoRan. Ya, salah satu perusahaan besar di negara adidaya. Freeport ini sudah mengambil alih daerah pertambangan di Timika, Papua sejak 47 tahun yang lalu, setelah adanya penandatanganan Kontrak Karya (KK) di tahun 1967. Kemudian, entah ini musibah atau anugerah, KK Freeport diperpanjang selama 30 tahun oleh pemerintahan Orde Baru. Dengan kata lain, kontrak itu akan HABIS di tahun 2021.
Sesuai dengan PP No 77 Tahun 2014, PT Freeport Indonesia harus melakukan divestasi dengan melepas 30% sahamnya kepada pihak Indonesia. Berhubung pihak Indonesia sudah memiliki 9,36% saham, maka Freeport hanya diwajibkan divestasi sebesar 10,64% hingga tahun 2019. Dan di tahun 2019 nanti, Freeport diwajibkan untuk melepas lagi sahamnya sebesar 10%. Mengenai keputusan yang kemarin keluar, PT Freeport Indonesia bersedia untuk melepas sahamnya sebesar 10,64%, dimana kalau dinominalkan kurang lebih nilai tersebut sebesar US$1,7 miliar atau setara dengan Rp 23,5 triliun.


Oke, sekarang berhenti sampai di sini.


Dalam dua hari, terdapat empat peristiwa penting sekaligus, dimana 3 peristiwa penting terjadi pada tanggal 14 Januari 2016. Tidak heran kalau banyak masyarakat yang mengatakan bahwa teror bom di Sarinah merupakan pengalihan isu yang diatur oleh penguasa politik. Entah ini suatu kebetulan, atau memang suatu drama yang menyedihkan.
Dan lucunya lagi, beredar postingan foto pesan darurat  yang dikirimkan oleh kedubes AS untuk warganya yang berada di Jakarta melalui surat elektronik. Waktu pengiriman yang tertera adalah  14 Januari 2016 pukul 07.51 WIB dan surat tersebut berisi imbauan agar warga Negara Amerika menghindari area sekitar hotel Sari Pan Pacific dan Sarinah Plaza, Jakarta. Bukankah lucu ketika bom di Sarinah meledak kurang lebih pukul 10.40 WIB, tapi pihak AS sudah menghimbau warganya untuk menghindari daerah tersebut kurang lebih 2,5 jam sebelum bom meledak? Hahaha kebetulan yang ajaib bukan?


Ssstt… husnudzon..


Dalam situsnya, Kedubes AS memberikan klarifikasi mengenai pesan darurat tersebut. Kedutaan Besar Amerika Serikat meng-iya-kan bahwa pihak mereka mengeluarkan dua Pemberitahuan Darurat untuk warga negaranya di  Indonesia. Pemberitahuan Darurat tersebut dikirimkan melalui email dari jaringan tanggap darurat yang menggunakan cap waktu (time stamp) “Greenwich Mean Time (GMT) + 7." Email tersebut dikirimkan pada pukul 11.44 WIB dan 12.36 WIB.


 Dah. Selesai.


Spekulasi mengenai pengalihan isu tidak lenyap begitu saja ketika AS mengeluarkan klarifikasi. Masyarakat merasa paling mengerti akan kondisi sebenarnya mengenai negeri sendiri. Siapa penguasa yang menjadi dalang akan musibah ini pun seolah menjadi rahasia umum di masyarakat. Teror bom yang seketika membuat gempar jantung ibu kota, seolah rekayasa cantik yang dibuat untuk mengalihkan pandangan masyarakat Indonesia atas beberapa peristiwa lain yang terjadi.

Ya, kalau memang ini hanya upaya dari mereka untuk memecah perhatian masyarakat atas isu yang menguntungkan bagi mereka peraup hak orang yang terjadi, sungguhlah mereka tidak berperi kemanusiaan sama sekali. Mengambil nyawa manusia yang tidak bersalah, merusak psikologi manusia dengan menciptakan trauma. Kata apa yang tepat untuk diucap selain “Jalang”? Berkulit tebal, tidak mempunyai malu dan seakan nurani pun mati.

Tapi, kalau ternyata memang benar ini suatu kebetulan yang terjadi. Maaf untuk kalian para penguasa. Mari kita memohon ampun kepada Tuhan agar hal seperti ini tidak terjadi lagi. Spekulasi yang membuat otak kita dipenuhi pikiran negatif, hanya membuat jiwa tidak tenang dan perasaan bersalah pun muncul. 

Untuk kalian para penguasa, saya titipkan Negara saya pada anda. Tidak sepenuhnya percaya, tapi saya harap anda jauh lebih mengerti dan menggunakan hati nurani. Sebelum saya sudahi, lagi, saya meminta maaf apabila saya dan masyarakat Indonesia lain dipenuhi prasangka buruk terhadap anda. Semoga anda semua diberikan ketabahan dan kesabaran ketika menghadapi kami dalam membenahi negeri. Aamiin.



Nindy Soeraatmadja

Mahasiswi Ekonomi Pembangunan,
Universitas Sebelas Maret

Share this:

CONVERSATION

0 comments:

Posting Komentar