BARNUM EFFECT
22 Januari 2016.
Rasa penasaran muncul ketika saya melihat timeline di LINE. Beberapa
teman saya men-share update-an dari
akun GolonganDarah. Sebuah akun berisikan informasi mengenai karakter orang
dari tiap golongan darah. Akun yang
memiliki pengikut lebih dari 2 juta orang tersebut, membuat saya memutuskan
untuk menambahkannya menjadi teman di
LINE hanya karna rasa penasaran saya. Jujur, saya cenderung pelit untuk
meng-add akun- akun seperti itu. Takut jika informasi yang diberikan terkesan “mubadzir”
dan update-annya menutupi informasi
dari akun lain yang isinya mungkin lebih berguna untuk saya. Tapi.. yasudahlah. Added.
Sebagai orang normal, tentu yang pertama kali saya lihat
adalah golongan darah saya sendiri. O. “THIS IS SO ME!! Sumpah ini gue banget”,
dan lalu saya scroll terus ke bawah
menghilangkan rasa penasaran saya. Cukup menghibur, mayoritas yang saya baca memang
seperti karakter yang saya miliki. Sekadar informasi tambahan, yang saya baca
bukan hanya golongan darah O, tapi A, B, dan juga AB. Ya, perpaduan dari
golongan darah tersebut itulah karakteristik saya. Hebat.
Sudah cukup hiburannya, saya lanjutkan bermain bersama Wikipedia.
Sejauh ini, belum ada ilmu sains yang bisa membuktikan hubungan antara karakter
seseorang dengan golongan darah yang dimilikinya. Berarti benar, tebakan mereka
hebat mengenai karakter golongan darah ini. Tapi apa namanya? Cari. Cari. Cari.
Cari.. akhirnya saya menemukan:
“Barnum Effect”
The Barnum effect, also called the Forer effect, is the observation that individuals will give high accuracy ratings to descriptions of their personality that supposedly are tailored specifically for them, but are in fact vague and general enough to apply to a wide range of people (en.wikipedia.org)
Jadi intinya, Barnum Effect ini merupakan manipulasi psikologis dimana variabel
yang sebenarnya berlaku untuk semua orang, diperlihatkan seolah berlaku khusus
pada pribadi atau golongan tertentu. Orang- orang akan cenderung
mengatakan bahwa kata- kata tersebut sesuai dengan dirinya dan mengakui
kebenaran dari kata- kata tesebut. Because
they feel a very strong bond with that thing, they cant think of it as something
everyone has.
-It must be something only you could have, but in reality…..
everyone has it :)
Tulisan ini
bukan berniat memojokan satu pihak (atau beberapa pihak). Dari awal, saya memang
tidak pernah percaya hal semacam ini. Zodiak, golongan darah, dan berbagai
macam bentuk ramalan lain. Mengecewakannya lagi, ketika beberapa teman dari
golongan IPA yang saya ajak diskusi mengenai hal ini mempercayai akan kebenaran
karakter seseorang dari tipe golongan darah. Ya, mungkin saya yang salah. Mungkin
saat ini sains memang belum bisa membuktikan hal tersebut. Anggap saja posisi
mereka seperti Galileo Galilei yang mempertahankan pendapat “benar” nya itu,
dan saya seperti pemuka gereja yang menentang keras akan teori berdasarkan
firasat tersebut.
Tapi jujur, saya
masih tertarik untuk membaca hal- hal seperti itu. Bahkan terkadang, candaan
saya pun memakai kata- kata dari ramalan tersebut. “kok lo enak sih diajak
cerita? Goldar lo pasti O yah kayak gua?” seperti itu lah kira- kira.
"golongan darah O paling tidak suka pendapatnya ditolak."
tanpa bukti maksudnya? hihihi
Nindy Soeraatmadja
Pencari Jati Diri,
Mahasiswi Universitas Sebelas Maret
tanpa bukti maksudnya? hihihi
Nindy Soeraatmadja
Pencari Jati Diri,
Mahasiswi Universitas Sebelas Maret
0 comments:
Posting Komentar