Amaranthus
Rindu masa lalu tidak melulu soal kembali pada realita itu. Kadang, mundur perlahan dalam ingatan bisa jadi ketapel untuk lontaran lebih jauh lagi.
Dalam hal apapun.
Yang harus ditemukan, 'apa yang membuat si rindu bisa datang dengan membawa ingatan yang itu?'
"Jangan langsung lompat dengan apa dan siapa subjek yang terlihat.
...Karena yang biasanya butuh, suka sembunyi dibalik kata keluh."
Beberapa minggu ini, ingatan tentang masa lalu sering datang. Parahnya, karena lompat dengan apa dan siapa subjek yang terlihat, tindakan yang secara moral dilarang, justru dilakukan.
Soal rindu, katanya.
Ini tentang aku sendiri, ibu rumah tangga yang bahagia dengan cinta dari suami dan anaknya.
Setahun lebih resign, akhirnya menemukan kondisi dimana membuat masalah adalah hal yang seru untuk memantik diskusi. "Terlibat drama rumah tangga, sesekali memang diperlukan," pikirku.
Realita, aku tidak berselingkuh.
Pikiran? Iya, aku adalah peselingkuh.
Aku rindu menjadi versi aku yang dulu. Bermalam dengan laptop, sibuk memikirkan market opportunities, comprehensive brand plan, sampai product concept yang akan di-launching.
Aku rindu menjadi versi aku yang dulu. Bebas membaca buku dan artikel apapun, mengisi pagi dengan olahraga dan lanjut kerja, dan berdiskusi hingga larut dengan siapapun. Hanya untuk menutrisi otak dan jiwaku.
Aku rindu menjadi versi aku yang dulu. Melakukan hal sesuai keyakinanku tanpa rasa sungkan atau takut, selalu merasa cukup untuk berbagi karena hidup masih tentang sendiri, dan mendapatkan kasih dari ragam anak kecil yang menemani tiba-tiba. Tidak hanya satu
...kusadari itu semua keinginanku.
...kusadari bahwa itu semua tidak sepenuhnya lagi kebutuhanku.
Tapi aku rindu...
Pahamkan?
Selingkuh definisiku ialah kondisi seseorang menutupi hal apapun ke pasangannya. Apapun.
Dengan sikap biasa saja, memantau setiap lowongan kerja, dan berkunjung ke beberapa profil tempat aku berdiskusi dulu ---tanpa sepengatahuan pasanganku adalah selingkuh.
Kubangun narasi bahwa aku butuh didengar, aku butuh tukar-pikiran, aku butuh berkarya, masalah itu muncul dan memantik diskusi.
Pelan-pelan, Dia sang energi terbesar membantuku menemui diriku yang kurindu.